Legenda Danau Atas dan Danau Bawah
Para Sahabat mungkin pernah mendengar nama Danau di Atas
dan Danau Di Bawah, yaitu dua buah danau yang berdekatan (kembar) yang
terletak di Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok
Sumatera Barat. Kini kedua Danau ini menjadi salah satu objek wisata di
Sumatera Barat. Danau ini sangat unik. Bila kita dari Padang menuju
Alahan Panjang kita akan diantara kedua danau tersebut. Bila kita
melihat ke sebelah Kanan kita akan melihat Danau Di Atas dan sebelah
kiri kita adalah Danau di Bawah. Tentu akan bisa terlihat lebih jelas
dan akan bisa menikmati kalau kita naik ke atas, yang merupakan pusat
objek wisatanya. Sangking uniknya Penulis akhirnya bertanya-tanya dan
menyampaikan ke kaguman kepada orang-orang, masyarakat sekitar. Di
sinilah muncul cerita-cerita yang menurut penulis menarik untuk
diceritakan. Jadi Danau Di Atas dan Danau di Bawah mempunyai sebuah
legenda. Dari cerita yang penulis dengar akhirnya penulis menyusun
sebagai berikut:
Di zaman dahulu kala ada seorang niniak (Orang
yang Sudah Tua) yang bernama Niniak Gadang Bahan yang kerjanya adalah
Maarik kayu (membuat papan/tonggak). Niniak ini sangat unik, badannya
besar tinggi dan bahannya sebesar Nyiru. Bahan yang dimaksud di sini
adalah beliungnya/kampak (alat untuk menebang kayu dan membuat papan).
Nyiru adalah tempat menempis beras yang lebarnya kira-kira 50cmx80cm.
Setiap berangkat ke hutan niniak ini tidak lupa membawa beliungnya.
Niniak ini makannya hanya sekali seminggu, tapi sekali makan 1 gantang
(6 kaleng susu indomil). Untuk mendapatkan kayu/papan yang bagus dia
harus naik gunung/hutan. Setelah beberapa hari dalam hutan dia akan
pulang dengan membawa beberapa helai papan/tonggak yang telah jadi dan
membawa ke pasar untuk di jual. Dari hasil penjualan papan/tonggak
inilah dia menghidupkan keluarganya.
Pada suatu hari ketika
niniak ini berangkat ke hutan, di tengah hutan tempat dia bisa lewat
tertutup. Niniak ini kaget, kenapa ada makhluk yang menghambat jalannya.
Makhluk ini sangat besar sehingga menutup pemandangannya. Niniak
berusaha untuk mengusirnya tapi makhluk ini tidak bergeming, malah balik
menyerang. Ternyata makhluk ini adalah seekor ular naga yang besar.
Tidak bisa disangkal lagi darah pituah niniak moyang langsung mengalir
ke seluruh tubuh niniak, katanya: “Lawan tidak di cari, kalau bertemu
pantang mengelak”. Terjadilah perkelahian antara naga dan niniak gadang
bahan. Naga melakukan penyerangan, Niniak Gadang Bahan tidak tinggal
diam. Seluruh kemampuan yang dimiliki oleh niniak gadang Bahan di
keluarkan. Beliung yang berada di tangan Niniak gadang Bahan bereaksi,
dan memang Niniak Gadang Bahan sangat ahli memainkannya, tentu
jurus-jurus silat yang sudah mendarah mendaging oleh Niniak Gadang Bahan
tak lupa dikeluarkan. Akhirnya Naga betekuk lutut dan menyerah. Naga
kehabisan darah karena sabetan beliaung Niniak Gadang Bahan. Kepala Naga
Nyaris putus, darah mengalir dengan deras. Angku Niniak Gadang Bahan
menarik naga itu dan melempar dengan sekuat tenaga dan sampai ke sebuah
lembah.
Setelah berlangsung beberapa lama Angku Niniak Gadang
Bahan mendatangi lembah tempat naga dilemparkan. Ternyata Niniak Gadang
Bahan kaget, naga tersebut ternyata tidak mati, dia malah melambangkan
badannya dengan posisi membentuk angka delapan, darah dari kepala ular
tetap mengalir sehingga memerahkan daerah tersebut. Sehingga daerah ini
menjadi tempat kunjungan yang manarik bagi Angku, dan juga orang-orang
yang ada di sekitar itu. Tapi apa yang terjadi, lama-lama badan ular ini
mulai tertimbun oleh tanah, dan diantara dua lingkaran ular itu
tergenanglah air yang membentuk dua danau kecil. Lama kelamaan danau ini
terus semakin besar, sehingga terbentuklah dua bawah Danau yang besar
dan indah.
Menurut cerita yang diterima itupulalah terbentuk dua
nama daerah. Pertama adalah Lembah Gumanti, yang berasal dari kata
“lembah nago nan mati” yaitu sekarang menjadi nama Kecamatan dari tempat
kedua Danau ini. Kemudian ada juga yang mengartikan “Lembah Nago nan
Sakti”. Yang kedua adalah sebuah daerah yang bernama “Aia Sirah” (Air
Merah). Di daerah ini terkenal dengan airnya yang merah. Konon ceritanya
penyebab dari air di daerah itu merah adalah darah yang terus keluar
dari kepala naga, karena sampai sekarang Naga tersebut masih hidup dan
masih mengeluarkan darah, ceritanya. Selanjutnya daerah itu diberi nama
Aia Sirah (Air Merah). Ditambah lagi ceritanya antara Angku Niniak
Gadang Bahan dan Naga pernah terjadi dialog, sebuah perjanjian. Kata
naga satu kali setahun harus ada yang menjadi tumbal, tapi saya tidak
akan mengambil dari anak cucumu. Dan ini menjadi kebenaran oleh penduduk
setempat, bila dalam satu waktu tertentu bila ada yang tenggelam di
Danau ini, mereka kembali mengangkat legenda ini. Dan memang yang merasa
anak cucu keturunan Angku Gadang Bahan merasa yakin bila mengharungi
danau ini.
Terlepas dari benar atau salah cerita ini, yang jelas
orang-orang tua yang tinggal di wilayah Danau Di Atas dan Danau Dibawah
sangat memahami cerita ini. Makanya cerita seperti ini dikelompokkan ke
dalam Legenda, Yaitu cerita/dongeng terciptanya/penamaan sebuah negeri.*
No comments:
Post a Comment