Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring
sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan
gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan.
Sejarah
Pada awalnya, tari ini merupakan ritual
ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah
mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan
membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa.
Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Gerakan
Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin
di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian,
biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke
lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut.
Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang.
Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai
tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu
lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang
digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa
warna merah dan kuning keemasan.
sumber : id.wikipedia.org/wiki/Tari_Piring
Pengertian Tari Piring
Tarian Piring (Minangkabau: Tari Piriang) merupakan sebuah seni tarian milik orang Minangkabau yang berasal dari Sumatra Barat. Ia merupakan salah satu seni tarian Minangkabau yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan Minangkabau.
Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa
bercucuk tanam, lembuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga
melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian
ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di
tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong
dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau
pun dihempas ke tanah dan dipijak oleh penari-penari tersebut. Bagi
menambah unsur-unsur estetika , magis dan kejutan dalam tarian ini,
penari lelaki dan perempuan akan memijak piring-piring pecah tanpa rasa
takut dan tidak pula luka. Penonton tentu akan berasa ngeri apabila
kaca-kaca pecah dan tajam itu dipijak sambil menari.
Tari Piring termasuk tari
tradisional yang berumur ratusan tahun berasal dari Solok Minangkabau, Sumatera
Barat . Tarian ini meng-gambarkan rasa kegembiraan tatkala musim panen tiba.
Para muda-mudi mengayunkan gerak langkah dengan menunjukkan keboleh-annya dalam
mempermainkan piring di tangannya. Ritual rasa syukur ini dilakukan oleh
beberapa gadis cantik dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang
diletakkan di dalam piring. Para gadis didandani dengan pakaian yang bagus lalu
membawa makanan dalam piring tersebut dengan gerakan yang dinamis. Setelah
Islam masuk Minangkabau, tradisi tarian ini tetap diteruskan, tapi hanya
sebagai hiburan bagi masyarakat. Tarian ini diiringi musik talempong, rebab
atau rabab dan saluang.
Tarian Piring atau dalam
bahasa Minangkabau Tari Piriang merupakan sebuah seni tarian milik orang
Minangkabau yang berasal dari Sumatra Barat. Tari Piring merupakan salah satu
seni tarian Minangkabau yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan
Minangkabau.
Tarian ini memiliki gerakan
yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai
dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan
hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para
penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang
dimainkan oleh talempong dan saluang. Kadang piring-piring itu akan dilontar ke
udara atau pun dihempas ke tanah dan dipijak oleh penari-penari tersebut. Bagi
menambah unsur-unsur estetika , magis dan kejutan dalam tarian ini, penari
lelaki dan perempuan akan memijak piring-piring pecah tanpa rasa takut dan
tidak pula luka. Penonton tentu akan berasa ngeri apabila kaca-kaca pecah dan
tajam itu dipijak sambil menari.
Tari Piring atau dalam
bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari
tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat.
Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama.
Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang
teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan.
Indonesia memang memiliki ragam
kebudayaan yang menarik dan indah. Letak geografis serta keragaman suku di
nusantara juga turut menghasilkan seni budaya yang majemuk penuh dengan
pesonanya masing-masing. Berbagai jenis tari-tarian yang menarik dan unik juga
menjadi bukti kemajemukan budaya Indonesia. Salah satunya adalah Tari
Piring asal Minang.
Tari Piring merupakan jenis seni
tari yang berasal dari Sumatera Barat. Dalam bahasa setempat tarian ini dikenal
dengan nama Tari Piriang. Seperti namanya, para penari memang membawa piring
saat menari. Meski dahulu tarian ini ditujukan untuk memberi persembahan para
dewa ketika memasuki masa panen, namun saat ini telah berubah menjadi tarian
budaya yang sering dipertunjukan di acara-acara besar.
Tari piring berkembang pertama kali
sejak 800 tahun yang lalu hingga zaman Sri Wijaya. Tarian ini juga berkembang
ke neger-negeri melayu lainnya seiring dengan jalur perdagangan pada masa
tersebut. Meskipun terdapat beragam perbedaan di tiap-tiap daerah di Sumatera
Barat, namun tarian ini memiliki kesamaan secara keseluruhan yakni konsep
tentang sebuah ‘persembahan’
Sebelum tarian dimulai, penari
biasanya melakukan latihan serta berbagai persiapan lain seperti pemeriksaan
piring-piring yang akan digunakan untuk menari. Piring yang kurang baik akan
diganti dengan piring dengan kondisi bagus agar tidak membahayakan si penari
maupun penonton.
Tari piring diawali dengan rebana
dan gong yang dimainkan pemusik, rangkaian tarian dimainkan secara besamaan
oleh beberapa orang penari.Ragam gerakan yang menantang gravitasi kerap
ditunjukan membuat para penonton merasa ‘ngeri’ akan jatuhnya piring-piring
dari tangan penari. Sesekali terdengar bunyi gemerincing akibat ketukan cincin
yang dipakai oleh penari ke pring-piring yang digunakan sebagai properti
tarian.
Tari piring memang memiliki peranan
besar pada masyarakat Minangkabau terutama saat perkawinan dilaksanakan.
Meskipun hanya sebagai hiburan sejak budaya Hindu hilang dari tanah Minang,
tarian ini juga memiliki nilai budaya yang besar dalam masyarakat terutama bagi
keluarga yang melangsungkan pesta perkawinan agar kedua mempelai memiliki
kehidupan yang harmonis dan tentram.
Tari piring memang menjadi kebanggan
masyarakat Minang, tidak heran salah satu ragam seni budaya Indonesia ini
seringkali dipertontonkan dalam setiap pesta pernikahan suku Minang meskipun
tidak berdomisili di Sumatera Barat. Tarian ini juga sudah sangat lekat dan
menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.
Musik Pengiring Tari Piring
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari
Piring, memadai dengan pukulan Rebana dan Gong sahaja. Pukulan Gong amat
penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada penari untuk menentukan
langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada kebiasaannya, kumpulan Rebana yang
mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk
mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring
boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.
Tari Piring diiringi oleh musik
Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu Takhian sai tiusung, Takhi pikhing
khua belas, Seni budaya lappung, Dang sappai haga tekas (jangan sampai
ditinggalkan)
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum
Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat
saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan
hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan
melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm,
dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk
membuat lamang (lemang), salah satu makanan
tradisional Minangkabau.
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan
penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan
saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang
dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara
pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini
dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau
mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memilhki ciri
khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok
Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit
dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal
lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari
daerah Solok.
Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera
tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang
Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehan pituang
Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik
bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang
manusia...... dan seterusnya
Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak
digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran dengan dialeter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya
berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol
berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang
kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian
pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik
menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai
dengan tangga nada
do dan diakhiri dengan si. Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.
Rabab adalah alat
musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa. Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang. Biasanya dalam rabab ini
dikisahkan berbagai cerita nagari
atau dikenal dengan istilah Kaba.
Kesenian Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, tersebar dibeberapa daerah dengan wilayah
dan komunitas masyarakat yang memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
Rabab Darek, Rabab Piaman dan Rabab Pasisie
merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup berkembang dengan wilayah dan di
dukung oleh masyarakat setempat. Rabab Darek tumbuh dan berkembang di daerah darek
Minangkabau meliputi Luhak nan Tigo
sedangkan Rabab Piaman berkembang di daerah pesisir barat Minangkabau, yang
meliputi daerah tepian pantai
(pesisir).
Pesisir Selatan sebagai wilayah kebudayaan Minangkabau yang
menurut geohistorisnya di klasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia
yang cakupan wilayah tersebut sangat luas dan didaerah inilah berkembangnya
kesenian Rabab Pasisia. Rabab Pasisia ditinjau dari aspek fisik pertunjukanya
memiliki spesifikasi tersendiri dan ciri khas yang bebeda dengan rabab lainya.
Terutama dari segi bentuk alat mirip, dengan biola secara historis berasal dari pengaruh budaya
portugis yang datang ke Indonesia pada abad ke XVI melalui pantai barat Sumatra.
Dalam rabab memiliki komposisi tersendiri
tergantung kepada lagu
yang diinginkan dengan memainkan lagu yang bersifat kaba sebagai materi
pokok. Lagu yang lahir tesebut merupajan ide gagasan yang berasal dari
komunitas masyarakat yang berbeda namun ada dalam daerah yang sama.
No comments:
Post a Comment